Rabu, 23 Juli 2008

MASA SKOLASTIK DAN RENAISSANCE

MASA SKOLASTIK
Abad ke-5 sampai abad ke-9 terjadi perpindahan bangsa-bangsa. Suku bangsa Hun pindah dari Asia ke-Eropah. Bangsa Jerman pindah pindah melewati perbatasan kerajaan Romawi. Dan begitu seterusnya. Eropah kacau balau. Perkembangan teologi dan filsafat tidak begitu besar. Nama seperti Boethius (480-534) dan Alcuinus berasal dari masa ini.Baru pada akhir abad ke-9 muncul nama-nama yang mempengaruhi teologi dan filsafat seperti Johanes Scotus Eriugena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus (1079-1142), Ibn Sina (980-1037) orang Arab dengan nama latin Avicenna, Ibn Rushd (1126-1198) juga orang Arab dengan nama latin Averroes,Moses Maimodes (1135-1204) orang Yahudi, Bonaventura (1221-1274), Albertus Agung (1205-1280) dan yang paling terkenal ialah Thomas Aquinas (1225-1274). Thomas Aquinas sangat terpengaruh oleh filsafat Aristoteles. Orang Katolik terima Thomas Aquinas sebagai Bapak gereja. Orang protestan banyak menolak argumen-argumen Thomas yang terlalu terpengaruh oleh Aristoteles sehingga kadang-kadang menyimpang dari exegese yang sehat dari Alkitab.Tokoh-tokohnya antara lain:

Peter Abaelardus (1079-1180)
Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya yang sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli piker dan pejabat gereja. Ia memberikan alas an bahwa berpikir itu berada di luar iman, karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditujukan dalam teologi, yaiotu teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.


Albertus Magnus (1203-1280)
Di samping sebagai biarawan, ia dikenal juga sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyid dalam menulis tentang Aristoteles. Dalam bidang pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia.

Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di samping sebagai ahli piker, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia termasuk tokoh terbesar Skolastisisme.
Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda. Sedangkan iman berjalan diluar pemikiran.

William Ockham (1285-1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian individual. Konsep-konsep umum tentang alam raya hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan.

Nicolas Cusasus (1401- 1464)
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat akal, indra dan intuisi. Pemikiran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.


Filosof Zaman Renaissance

1. Leonardo Da Vinci (1452-1519)
lahir di Florentina, adalah seorang seniman besar yang merupakan salah satu dari ‘trivmvirat’ pelukis pada jaman renaissance (selain Michaelangelo dan Rafael). Dia terkenal sebagai seniman multitalent. Ia adalah seorang seniman, pelukis, pematung, pemusik, penemu, ilmuwan, ahli matematika, ahli fisika, ahli astronomi, ahli biologi, ahli anatomi, dan filosof.Lukisannya yang terkenal adalah ‘Monalisa’
Leonardo Da Vinci (1452-1519) lahir di Florentina, adalah seorang seniman besar yang merupakan salah satu dari ‘trivmvirat’ pelukis pada jaman renaissance (selain Michaelangelo dan Rafael). Dia terkenal sebagai seniman multitalent. Ia adalah seorang seniman, pelukis, pematung, pemusik, penemu, ilmuwan, ahli matematika, ahli fisika, ahli astronomi, ahli biologi, ahli anatomi, dan filosof.Lukisannya yang terkenal adalah ‘Monalisa’
Pelukis besar Leonardo da Vinci terkenal sangat selektif dalam mencari orang untuk dijadikan model. Ketika ia melukis perjamuan malam Tuhan Yesus dengan kedua belas muridnya, dengan susah payah dia mencari dan menemukan orang sebagai model Yesus. Tetapi ketika ia ingin melukis Yudas Iskariot, da Vinci merasa lebih susah lagi menemukan orang yang mempunyai perangai seperti Yudas, licik, serakah.Da vinci kepenjara, kelorong yang gelap dijalan jalan, tidak menemukan modelnya, setelah 3 tahun baru dia menemukan seseorang yang dia rasa cocok.Orang tersebut sedang duduk dekat selokan, sambil memegang sebuah botol kosong, wajahnya kotor dan pandangan matanya kosong. Da vinci menawarkan pembayaran yang menarik, lalu membawa orang ini ke studionya. Tetapi orang tersebut tiba - tiba menangis dan berkata : Tuan tidak ingat aku lagi, 3 tahun yang lalu aku duduk dikursi ini untuk menjadi model Kristus, sekarang aku menjadi model penghianat.


2. NICCOLO MACHIAVELLI 1469-1527
Filosof politik Italia, Niccolo Machiavelli, termasyhur karena nasihatnya yang blak-blakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan.
Dikutuk banyak orang selaku bajingan tak bennoral, dipuja oleh lainnya selaku realis tulen yang berani memaparkan keadaan dunia apa adanya, Machiavelli salah satu dari sedikit penulis yang hasil karyanya begitu dekat dengan studi baik filosof maupun politikus.
Machiavelli lahir tahun 1469 di Florence, Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum, tergolong anggota famili terkemuka, tetapi tidak begitu berada.
Selama masa hidup Machiavelli --pada saat puncak-puncaknya Renaissance Italia-- Italia terbagi-bagi dalam negara-negara kecil, berbeda dengan negeri yang bersatu seperti Perancis, Spanyol atau Inggris. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa dalam masanya Italia lemah secara militer padahal brilian di segi kultur
Selama empat belas tahun sesudah itu, dia menulis beberapa buku, dua diantaranya yang paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513, dan The Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap sepuluh buku pertama Titus Livius). Diantara karya-karya lainnya adalah The art of war (seni berperang), A History of Florence (sejarah Florence) dan La Mandragola (suatu drama yang bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi, karya pokoknya yang terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis. Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia meninggal dunia tahun 1527 pada umur lima puluh delapan.
The Prince dapat dianggap nasihat praktek terpenting buat seorang kepada negara. Pikiran dasar buku ini adalah, untuk suatu keberhasilan, seorang Pangeran harus mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya dan mengandalkan segala, sesuatunya atas kekuatan dan kelicikan. Machiavelli menekankan di atas segala-galanya yang terpenting adalah suatu negara mesti dipersenjatai dengan baik. Dia berpendapat, hanya dengan tentara yang diwajibkan dari warga negara itu sendiri yang bisa dipercaya; negara yang bergantung pada tentara bayaran atau tentara dari negeri lain adalah lemah dan berbahaya.
Machiavelli menasihatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya sumber menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak menyenangkan warganya. Dia usul, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, si penakluk mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus sehingga tidak perlu mereka alami tiap hari kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga mereka bisa merasa senang."

3. MICHELANGELO (1475-1564)

Lahir di Caprese, Itali tahun 1475, kira-kira empat puluh mil dari Florence. Dari kecil bakatnya sudah tampak jelas, dan di umur tiga belas dia magang pada pelukis kenamaan Shirlandaio di Florence. Setahun sesudah itu dia tinggal di istana Medici milik Lorenzo, penguasa Florence yang bertindak selaku pelindungnya. Sepanjang kariernya bakat besar Michelangelo tak diragukan lagi. Dia sering sekali dipercaya baik oleh para Paus maupun tokoh duniawi merancang dan membuat karya seni. Meski dia tinggal di banyak tempat, sebagian terbesarnya dihabiskan di Roma dan Florence. Meninggal dunia di Roma tahun 1564, tak lama sesudah usianya lewat delapan puluh sembilan tahun. Setua itu, tak sekalipun pernah kawin.Kendati dia tidak segenius Leonardo da Vinci angkatannya yang lebih tua, keserbabisaan dan kebolehan Michelangelo tetap amat mempesona. Dialah satu-satunya seniman, mungkin satu-satunya orang, yang sanggup mencapai puncak prestasi dalam dua bidang yang berbeda satu sama lain. Selaku pelukis dia berada hampir di puncak, baik dari segi kualitas keindahan karyanya maupun pengaruhnya terhadap pelukis-pelukis yang datang belakangan. Fresko besar yang menghiasi dinding atas gereja Sistine di Roma merupakan --tidak bisa tidak-- kreasi seni terbesar sepanjang jaman. Tetapi, Michelangelo sendiri menganggap dirinya pertama-tama seorang pemahat, dan banyak kritikus yang menganggapnya pemahat terbesar yang pernah hidup. Patung "Daud" dan "Musa"-nya --misalnya-- dan "Pieta" yang mashur merupakan hasil karya seni yang tak terlampaui.Michelangelo juga seorang arsitek besar. Salah satu hasil kerja besarnya di bidang ini adalah rancangan gereja Medici di Florence. Selama beberapa tahun dia juga jadi kepala arsitek gereja St. Peter di Roma.Micheangelo banyak membikin sajak selama hidupnya, sekitar 300 sajak dapat ditemukan. Soneta-sonetanya dan sajak-sajak lain diterbitkan sesudah matinya. Kesemua sajak-sajaknya itu mencerminkan jelas corak kepribadiannya, dan Michelangelo memang menunjukkan dirinya penyair berbakat.Seperti halnya saya jelaskan dalam artikel tentang Shakespeare, saya percaya bahwa seni dan para seniman pada umumnya tidaklah begitu banyak pengaruhnya kepada sejarah kemanusiaan dan kehidupan mereka sehari-hari.Atas dasar itulah Michelangelo --tanpa menyisihkan pengakuan atas kehebatannya selaku seniman genius-- tampil dalam daftar urutan buku ini lebih rendah ketimbang para ilmuwan dan penemu, kendati mereka itu tidak begitu masyhur jika dibandingkan Michelangelo.

Selasa, 22 Juli 2008

Filusuf Terkemuka Yunani

1. Anaximandros (610-547 SM), seorang filusuf Yunani yang berpendapat bahwa asal alam itu satu, tetapi bukan air akan tetapi Apeiron yang tidak ada persamaannya di muka bumi ini, berbeda dengan pendapat gurunya Thales (640-545 SM) yang berpendapat bahwa asal alam ini adalah air.
2. Anaximenes (585-528 SM) berpendapat bahwa asal alam ini adalah udara. dalam pandangan tentang asal, ia turun kembali ketingkat yang sama dengan Thales. kedua-duanya berpendapat, yang asal itu mestilah salah satu dari yang ada dan yang kelihatan.


3. Sokrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai sang bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan dasar bagi pendekatan deduktif. -- Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato, muridnya.

Hidup pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri sebagai "sophis" ("yang bijaksana dan berapengetahuan"), Sokrates lebih berminat pada masalah manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi Yunani). Seperti diungkapkan oleh Cicero kemudian, Sokrates "menurunkan filsafat dari langit, mengantarkannya ke kota-kota, memperkenalkannya ke rumah-rumah". Karena itu dia didakwa "memperkenalkan dewa-dewi baru, dan merusak kaum muda" dan dibawa ke pengadilan kota Athena. Dengan mayoritas tipis, juri 500 orang menyatakan ia bersalah. Ia sesungguhnya dapat menyelamatkan nyawanya dengan meninggalkan kota Athena, namun setia pada hati nuraninya ia memilih meminum racun cemara di hadapan banyak orang untuk mengakhiri hidupnya.

4. Plato menyumbangkan ajaran tentang "idea". Menurut Plato, hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea) yang kekal. Dalam wawasan Plato, pada awal mula ada idea-kuda, nun disana di dunia idea. Dunia idea mengatasi realitas yang tampak, bersifat matematis, dan keberadaannya terlepas dari dunia inderawi. Dari idea-kuda itu muncul semua kuda yang kasat-mata. Karena itu keberadaan bunga, pohon, burung, ... bisa berubah dan berakhir, tetapi idea bunga, pohon, burung, ... kekal adanya. Itulah sebabnya yang Satu dapat menjadi yang Banyak.

Plato ada pada pendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan, dalam diri) seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea, -- konon sebelum manusia itu masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.

Plato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being") dan mengada (menjadi, "becoming").


5. Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda tertentu "berubah" (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk manusia sesudah melihat (mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya sendiri: idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-benda.

Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan.

Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat yang secara khusus menguji keabsahan cara berfikir. Logika dibentuk dari kata logikoz, dan logoz berarti sesuatu yang diutarakan. Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau akal yang dinyatakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular dipakai sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal.

Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan yang sempurna. Itu berbeda dari Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles menolak dualisme tentang manusia dan memilih "hylemorfisme": apa saja yang dijumpai di dunia secara terpadu merupakan pengejawantahan material ("hyle") sana-sini dari bentuk ("morphe") yang sama. Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi) dalam individu yang bersangkutan. Materi (substansi) memberi kemungkinan ("dynamis", Latin: "potentia") untuk pengejawantahan (aktualitas) bentuk dalam setiap individu dengan cara berbeda-beda. Maka ada banyak individu yang berbeda-beda dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos dan Parmendides diatasi dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua gejala yang "tetap" dan yang "berubah".

Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada pandangan bahwa wanita adalah "pria yang belum lengkap". Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif, sedang pria aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak potensial terkumpul lengkap dalam sperma pria. Wanita adalah "ladang", yang menerima dan menumbuhkan benih, sementara pria adalah "yang menanam". Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria menyediakan "bentuk", sedang wanita menyumbangkan "substansi".

Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi nama "jiwa" ("psyche", Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya, manusia dapat "mengamati" dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup "mengerti" dunia dalam dirinya. Jiwa manusia dilengkapi dengan "nous" (Latin: "ratio" atau "intellectus") yang membuat manusia mampu mengucapkan dan menerima "logoz". Itu membuat manusia memiliki bahasa.

Pemikiran Aristoteles merupakan hartakarun umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini, -- itu berkat kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data. Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut diatas.

Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran dalam wilayah yang sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya. Dengan itu, Helenisme (Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan pemikiran filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga. -- (Catatan kecil saja dari FSP: Maka jangan terkejut jika pandangan berat-sebelah tentang pria-wanita sangat dominan sampai kini. Legitimasi filsafati agaknya telah diberikan oleh Arsitoteles atas praktek yanh umum di dalam masyarakat Timur Tengah, Eropa abad pertengahan dan dimana saja. Gereja Katolik pun selama berabad-abad mengikuti pendirian yang sama, sekalipun landasan biblisnya sama sekali tidak ada. Yesus, sebagaimana tampak dalam Injil, memiliki pandangan yang sama sekali tidak berat-sebelah tentang gender.)

Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai organon ("alat") untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang tersedia dalam zamannya masing-masing.

Pengertian Filsafat

Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata, philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.8
Pada awalnya, kata sofia lebih sering diartikan sebagai kemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, seperti perdagangan dan pelayaran. Dalam perkembangan selanjutnya, makna dari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk kecakapan di bidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagi kepada jenis pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui kebenaran murni. Sofia dalam arti yang terakhir ini, kemudian dirumuskan oleh Pythagoras bahwa hanya Dzat Maha Tinggi (Allah) yang mampu melakukannya. Oleh karena itu, manusia hanya dapat sampai pada sifat “pencipta kebijaksanaan”. Pythagoras menyatakan: “cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah dan berusaha untuk mencapainya.”9
Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai “Himbauan kepada kebijaksanaan”.10
Harun Nasution beranggapan bahwa kata filsafat bukan berasal dari struktur kata Philos dan shopia, philos dan shophos atau filosofen. Tetapi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang struktur katanya berasal dari kata philien dalam arti cinta dan shofos dalam arti wisdom. Orang Arab menurut Harun memindahkan kata Philosophia ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan tabi’at susunan kata-kata bahasa Arab, yaitu filsafat dengan pola (wajan) fa’lala, fa’lalah, dan fi’la. Berdasarkan wajan itu, maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya disebut falsafat atau Filsaf.11
Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia, sebenarnya bukan murni berasal dari bahasa Arab sama seperti tidak murninya kata filsafat terambil dari bahasa Barat, philosophy. Harun justru membuat kompromi bahwa filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu Fil diambil dari bahasa Inggris dan Safah dari bahasa Arab. Sehingga kata filsafat, adalah gabungan antara bahasa Inggris dan Arab. Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya. Atas dasar itu, maka menurut Harun, secara etimologi filsafat dapat didefinisikan sebagai:
1.Pengetahuan tentang hikmah
2.Pengetahuan tentang prinsip atau dasar
3.mencari kebenaran
4.Membahas dasar dari apa yang dibahas
Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata Falsafah (Arab), Phyloshophy (Inggris), Philosophie (Jerman, Belanda dan Perancis). Semua kata itu, berasal dari bahasa Yunani Philosphia. Kata philosophia sendiri terdiri dari dua suku kata, yaitu Philien, Philos dan shopia. Philien berarti mencintai, philos berarti teman dan sophos berarti bijaksana, shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, menurut Ali Mudhafir ada dua arti secara etimologi dari kata filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philien dan shopos, maka ia berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (ia menjadi sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan shopia, maka ia berarti teman kebijaksanaan (filsafat menjadi kata benda).

Akademis belajar filsafat untuk:

Agar para mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi yang dihadapinya dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang

Melatih para mahasiswa untuk berpikir secara kritis jadi tidak hanya mengikut saja, akan tetapi juga dapat mengemukakan pendapatnya.

Menuntut para mahasiswa untuk mengetahui apa sebenarnya yang menjadi tujuan hidupnya di dunia.

Selasa, 15 Juli 2008

Filsafat Umum

Sigmund Freud lahir 6 Mei 1856 di Pribor, Austria. Lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan tingga di kota itu. Ia berasal dari keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yang tidak terlalu sukses. Sejak kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan memilih spesialisasi di bidang neurologist. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf inilah freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terafi psikoanalisa.

Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousnes berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.

Freud mengembangkan konsep struktur mind diatas dengan mengembangkan ‘mind apparatus’, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego, dan super ego.

Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bejeja menurut prinsip kesenangan, tujuannya adalah pemenuhan kepuasan yang segera.

Makhluk hidup dalam melakukan tindakan atau perbuatan tidak memerlukan pertimbangan terlebih dahulu bahkan seluruh perbuatannya dilakukan diluar kesadaran yang terpenting adalah makhluk tersebut merasakan kepuasan dengan apa yang telah dilakukannya.

Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Segala perbuatan manusia dikontrol agar tidak melawati batas-batas kewajaran. Setiap makhluk hidup mempunyai hak, akan tetapi hak seseorang dibatasi oleh hak orang lain. Oleh karena itu ego mengontrol segala perbuatan kita agar tidak merugikan orang lain. Ego selalu menghadapi antara tuntutan id dan super ego. Apabila tuntutan ini tudak berhasil dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam ragka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensive / pertahjanan diri. Jadi, ego harus mengontrol agar tidak terjadi bentrokan antara id danm superego, karena apabila bentrokan itu terjadi yang akan menjadi sasarannya adalah ego sendiri.

Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego degan menimbulkan rasa salah. Sebelum seseorang melakukan suatu tindakan maka dia harus berpikir untuk menimbang terlebih dahulu apakah perbusatan tersebut sesuai dengan norma atau tidak. Karena untuk merefleksikan nilai-nilai sosial, kita harus menjaga diri agar tidak mengganggu kepentingan irang lain.

Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat bahwa kunci dari segala aktifitas manusia adalah keinginannya untuk memuaskan kebutuhan yang selalu muncul dan muncul. Kebutuhan yang paling penting haruslah didahulukan.

Lima kebutuhan dasar Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga kebutuhan yang tidak terlalu krusial.

  1. kebutuhan fisiologis

kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling mendasar, seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan biologis seperti buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling penting (primer). Seseorang yang hidup di dunia ini harus memenuhi kebutuhan tersebut untuk bertahan hidup. Seseorang dalam menjalankan kehidupannya tidaklah terlepas dari kebutuhan fisiologis. Sebagai contoh seseorang pasti memerlukan oksigen untuk bernapas karena jika tidak ada udara maka seseorang tidak akan hidup begitupun juga dengan makanan, kenapa makan menjadi prioritas utama? Karena apabila seseorang tidak makan, ia akan merasa lemas dan malas untuk melakukan suatu pekerjaan, padahal banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, bagaimana bisa seseorang konsentrasi dalam melakukan pekerjaan jika perutnya lapar.

Jadi, semua kebutuhan fisiologi haruslah terpenuhi untuk mempertahankan hidup di dunia. Jika salah satunya tidak dapat terpenuhi maka akan menjadi suatu masalah yang amat besar.

2. kebutuhan keamanan seperti: bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror dan lain sebagainya.

Apabila kebtuthan fisiologi belum terpenuhi maka seseorang belumlah ,memikirkan tentang keselamatan dirinya. Misalnya apabila seseorang merasa lapar, cara apapun pasti dia akan tempuh untuk mendapatkan sesuap nasi walaupun harus mencuri dan tidak lagi mempertimbangkan keselamatannya. apabila kebutuhan fisiologi terpenuhi barulah dia memikirkan tentang keamanan dan keselamatan dirinya. Misalnya bebas dari penjajahan dan bebas dari ancaman jarena setiap manusia mempunyai HAM. Karena meskipun dia telah merasa kenyang tetapi dirinya masih dalam jajahan seseorang atau suatu bangsa penjajah maka hidupnya merasa terkekang dan pasti tidak akan merasa tenang.

3. kebutuhan sosial seperti memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis dan lain-lain.

Manusia sebagai makhluk sosial pasti memerlukan orang lain dalam menjalankan kehidupan sehari-hari oleh karena itu mereka memerlukan keluarga dan teman dalam mengisi kehidupannya agar penuh dengan warna. Dengan adanya teman, masalah yang dihadapi akan cepat terselesaikan karena teman akan membantu setiap permasalahan kita. Ketika kita menginginkan sebuah persahabatan, menjadi bagian dari suatu kelompok, dan yang lebvih bersifat pribadi seperti memiliki kekasih atau mencari anak, semua itu adalah pengaruh dari munculnya kebutuhan sosial setelah kebutuhan fisiologi dan kebutuhan kedua telah terpenuhi.

Hidup akan terasa hampa tanpa kita berinteraksi dengan orang lain, karena dengan bnerinteraksi kepada orang lain dapat menambah saudara dan banyak ilmu yang bisa didapat.marilah kita simak kembali cerita Tarzan yang hidup sendiri di tengah hutan, walaupun kelihatnya dia merasa nyaman hidup sendirian tapi di sisi lain dia memerlukan teman untuk mewarnai hidupnya meskipun teman-temannya adalah binatang.

4. kebutuhan penghargaan seperti pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan lain-lain. Maslow membagi kebutuhan ini menjadi dua tipe, yakni tipe bawah dan tipe atas. Tipe bawah meliputi kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, perhatian, reputasi, kebanggaan diri, dan kemasyhuran. Tipe atas terdiri atas penghargaan oleh diri sendiri, kebebasan, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan khusus (spesialisasi). Membedakan kedua tipe tersebut adalah sumber dari rasa harga diri diperoleh. Pada tipe bawah, rasa harga diri dan pengakuan diberikan oleh orang lain. Akibatnya rasa harga diri hanya muncul selama orang lain mengatakan demikian, dan hilang saat orang lain mengabaikannya. Situasi tersebut tidak akan terjadi padfa tipe atas. Pada tingkat ini perasaan berharga diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung pada penilaian orang lain. Dengan kata lain, sekali anda bisa menghargai diri anda sendiri sebagai apa adanya, anda akan tetap berdiri tegak walaupun orang lain mencampakkan anda. Seseorang akan berlomba-lomba agar kebutuhan penghargaan terpenuhi. Apapun cara akan dilakukannya asalkan dapat mengangkat namanya.

5. kebutuhan Aktualisasi Diri adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya. Ini adalah puncak sekaligus focus perhatian Maslow dalam mengamati hirarki kebutuhan.

Setelah keempat kebutuhan diatas terpenuhi semua, barulah seseorang dapat melakukan perbuatan yang sesuai dengan bakatnya. Bakat menjadi suatu yang amat paut disyukuri oleh manusia karena dengan mempunyai bakat, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaab yang tidak semua orang bisa melakukannya. Contoh seseorang mempunyai bakat dalam bidang tarik suara, dengan suaranya yang merdu dapat menjadi andalannya untuk memenuhi keempat kebutuhan di atas.

Minggu, 25 Mei 2008

Empat Aliran Filsafat

1. Perennialisme

Perennialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Ibarat kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perennialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian ini merupakan tugas yang pertama-tama dari filsafat dan filsafat pendidikan.

Perennialisme mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan manusia. Motif perennialisme dengan mengambil jalan regresif tersebut, bukan hanya nostalgia pada nilai-nilai lama untuk diingat atau dipuja, melainkan bagaimana agar nilai-nilai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan kebudayaan.

Belajar menurut perennialisme adalah latihan mental dan disiplin jiwa. Dengan demikian pandangan tentang belajar hendaklah ber­da­sarkan atas faham bahwa manusia pada hakekatnya adalah rasio­nalistis. Maka, belajar tidak lain adalah mengembangkan metode berpikir logis, deduktif dan induktif sekaligus.
perenialisme:

(a) Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderung menekankan seni dan sains dengan dimensi perennial yang bersifat integral dengan sejarah manusia.

(b) Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukan mesin atau teknik. Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sains dan nalar dalam setiap tindakan.

(c) Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan fakta.

(d) Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yang kita diami.

(e) Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut dan mencari kebenaran baru yang mungkin.

(f) Orientasi bersifat philosophically-minded. Jadi, fokus pada perkembangan personal.

(g) Memiliki dua corak:
(1) Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin, etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk memperoleh pengetahuan proposisional.

(2) Perennial Sekuler: Promosikan pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method). Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuan secara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern. Pembimbing berfungsi memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai perbedaan pemikiran yang ada.


2. Esensialisme

Essensialisme

Essensialisme mempunyai tinjauan mengenai pendidikan yang berbeda dengan progressifisme. Kalau progressifisme menganggap bahwa banyak hal yang mempunyai sifat yang serba fleksibel dan nilai-nilai yang dapat berubah serta berkembang, essensialisme menganggap bahwa dasar pijak semacam ini kurang tepat. Dalam pendidikan, fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadikan timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.

Pendidikan yang bersendikan tata nilai-nilai yang bersifat demikian ini dapat menjadikan pendidikan itu sendiri kehilangan arah. Dengan demikian, pendidikan haruslah bersendikan pada nilai-nilai yang dapat mendatangkan stabilitas. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih agar mempunyai tata yang jelas dan yang telah teruji oleh wktu. Dengan demikian, prinsip essensialisme menghen­daki agar landasan-landasan pendidikan adalah nilai-nilai yang essen­sial dan bersifat menuntun.
essensialisme:

(a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya.

(b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vokasional.

(c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik.

(d) Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks.

(e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien.

(f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri.

(g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis.

3. Progresivisme

Progressifime mempunyai konsep yang didasari oleh kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam keberlangsungan manusia itu sendiri. sehubungan dengan hal itu, progressifisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter.

Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mem­punyai kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan (yang baik), karena kurang menghargai dan memberikan tempat yang semestinya kepada kemampuan-kemampuan dalam proses pendidikan. Padahal semua itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan (progress).

Oleh karena itu, kemajuan (progress) ini menjadi perhatian kaum progressifisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menum­buhkan kemajuan dipandang oleh progressifisme merupakan bagian-bagian utama dari kemapanan sebuah peradaban.
progresivisme:

(a) Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver) yang baik.

(b) Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut.

(c) Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup.

(d) Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.

(e) Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai.

(f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi humanisasi.

(g) Bercorak student-centered.

(h) Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan.

(i) Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.

4. Rekonstruksionisme

Menurut Von Glasersfeld (1988) pengertian konstruktif kognitif muncul pada pertengahan abad ke-19 dalam tulisan Marx Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun bila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktifisme sebenarnya sudah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistemolog dari Itali. Dialah cikal bakal konstruktifisme. Pada tahun 1710 Vico dalam De Antiquissima Italorum Sapienta, mengung­kapkan filsafatnya dengan berkata "Tuhan adalah pencipta alam, dan manusia adalah tuan dari ciptaannya". Ia menjelaskan bahwa "mengetahui" berarti "mengetahui bagaimana cara membuat sesuatu". Ini berarti orang dapat mengetahui sesuatu setelah ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu.

Dalam dunia pendidikan konstruktifisme beranggapan bahwa pe­nge­tahuan adalah hasil dari konstruksi manusia. Manusia mengkons­truksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena dan lingkungan sekitar. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan meme­cahkan persoalan atau fenomena. Bagi kaum konstruktifisme, penge­tahuan tidak bisa begitu saja ditransfer dari seseorang kepada seseorang lainnya, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri, karena pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses ini keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.


(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan.

(b) Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist.

(c) Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu diciptakan.

(d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.

(e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.

(f) Learn by doing! (Belajar sambil bertindak)

www.google.com


: Kembali :

Senin, 05 Mei 2008

PENYAKIT HATI

Macam-macam arti penyakit hati dan sifat buruk manusia :

1. Iri Hati
Iri hati adalah suatu sifat yang tidak senang akan rizki / rejeki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. Iri hati yang diperbolehkan dalam ajaran islam adalah iri dalam hal berbuat kebajikan, seperti iri untuk menjadi pintar agar dapat menyebarkan ilmunya di kemudian hari. Atau iri untuk membelanjakan harta di jalan kebenaran.

2. Dengki
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Sifat ini sangat berbahaya karena tidak ada orang yang suka dengan orang yang memiliki sifat seperti ini.

3. Hasut / Hasud / Provokasi
Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama.

Cara mengatasi penyakit hati diantaranya dengan belajar mnghinakan diri/hati, lihat asal muasal kejadian kita tercipta dari yang hina sperma kemana-kemana bawa kotoran,terakhir akan menjadi bangkai, yang akan memuliakannya adalah ketaqwaan,dan apa keuntungannya buat kita untuk dengki, takabur dan sebagainya, malah akan menyakitkan hati saudara kita dan hati kita akan terus sakit dan akan kembali kepada dirinya, semua perbuatan akan kembali kepada masing-masing baik maupun buruknya, lihat manfaat madharatnya adakah manfaatnya, banyak harus dikerjakan, malah yang dianjurkn doa kebaik-baikan untuk mereka, diantara penyakit dengki cirinya; senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang, ciri takabur; mementahkan kebenaran dan merendahkan manusia adakah pada diri kita? Penyakit tersebut akan menyedot amal kebaikan yg telah dilakukan.

. Cara mengajarkan (metode) solusi untuk survive terhadap satu PENYAKIT HATI kepada peserta didik di sekolah. Yaitu dengan memberikan pengetahuan agama yang lebih mendalam agar anak didik selalu ingat akan perbuatan dosa. Dengan memberikan pengajaran agama, anak didik akan merasa takut apabila melakukan hal-hal yang berdosa.

Sabtu, 19 April 2008

KARAKTER GURU TERBAIK DAN TERBURUK

LIMA KARAKTER GURU TERBAIK MENURUT SAYA

  1. Memotivasi : memberikan semangat kepada para siswanya agar tidak pernah menyerah dalam belajar. Motivasi sangat diperlukan oleh setiap orang untuk tetap berusaha.
  2. Berbagi pengalaman: pengetahuan (ilmu) tidak hanya didapat dari belajar, tetapi pengetahuan juga didapat dari pengalaman seperti kata pepatah pengalaman adalah guru yang paling berharga. Dengan guru menceritakan pengalamannya kepada muridnya maka murid akan mengambil pelajaran dari pengalaman guru tersebut. Seorang guru yang banyak pengalaman, akan memberikan nilai tambah di mata muridnya.
  3. Ramah dan murah senyum: seorang guru harus ramah kepada muridnya dan murah senyum karena selain untuk menambah keakrabaan siswa dengan guru, senyum adalah ibadah.
  4. Penyayang: sebagai orang kedua setelah orang tua kandung, guru harus menyayangi seluruh muridnya tanpa pilih kasih (diskriminasi).
  5. Humoris: guru yang humoris lebih banyak disenangi oleh muridnya karena anak didik perlu hiburan juga ketika belajar, jangan terlalu tegang ketika belajar.

LIMA KARAKTER GURU TERBURUK MENURUT SAYA

  1. Jutek: guru yang jutek tidak akan disenangi oleh murid-muridnya apalagi kalau tidak pernah senyum. Jangankan untuk menjadi seorang guru yang disenangi oleh murid-muridnya, terkadang murid enggan untuk menegur guru yang jutek.
  2. Egois: dalam mengajar seharusnya guru harus menghindari sifat egoisnya. karena semua orang tidak suka dengan orang yang keras kepala.
  3. Pilih kasih: seorang guru tidak seharusnya pilih kasih (diskriminasi) terhadap murid, seorang guru harus memandang sama terhadap semua murid untuk menghindari kecemburuan sosial.
  4. Membosankan: seorang guru harus pandai mengelola kelas agar anak tidak merasa bosan ketika belajar. Jika anak didik merasa bosan ketika belajar, maka mereka tidak akan menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.
  5. Mendikte: tidak seharusnya seorang guru mendikte murid-muridnya karena kemampuan setiap murid berbeda. Seorang guru harus tahu kemumpuan setiapmuridnya

Selasa, 15 April 2008

Pengertian-pengertian psikologi dari aktivitas manusia

Pengertian-pengertian psikologi dari aktivitas umum manusia

  1. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek, baik di dalam maupun di luar dirinya. Perhatian berhubungan erat dengan hubungan jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi pada suatu waktu. Terang tidaknya kesadaran kita terhadap sesuatu objek tertentu tidak tetap, ada kalanya kesadaran kita meningkat (menjadi terang), dan ada kalanya menurun (menjadi samar-samar). Keadaan lapangan kesadaran dan kekuatannya tidak tetap pula, kadang-kadang luas dan kadang-kadang menjadi sempit. Hal tersebut tergantung pada pengerahan aktivitas jiwa terhadap objek tertentu.

Taraf kesadaran kita akan meningkat jika jiwa kita dalam mereaksi sesuatu meningkat juga. Apabila taraf kekuatan kesadaran kita naik karena suatu sebab, maka kita berada pada permualaan perhatian. Perhatian timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap sesuatu.

  1. Pengamatan atau persepsi.

Pengamatan atau persepsi adalah aktifitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya; dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia/individu mengenali milieu hidupnya.

Kemampuan pengamatan/persepsi manusia tidak hanya terbatas pada rangsangan yang berasal dari benda-benda atau objek-objek yang berasal dari alam luar, tetapi juga dapat mengenali rangsangan sakit, lapar dan dahaga yang merupakan fakta-fakta objektif dalam diri manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persepsi/ pengamatan adalah proses dimana individu dapat mengenali objek-objek dan fakta-fakta objektif dengan menggunakan alat-alat indera.

  1. Tanggapan

Tanggapan adalah bayangan atau kesan dari pada apa yang pernah kita amati. segala sesuatu yang pernah kita amati/alami selalu tertinggal jejaknya atau kesannya di dalam jiwa kita. Hal itu dimungkinkan oleh kesanggupan chemis jiwa kita. Bekas/kesan yang tertinggal itu dapat ditimbulkan kembali (reproduksi). Selama tanggapan-tanggapan itu ada dalam bawah sadar kita disebut tanggapan talent. Sedangkan tanggapan-tanggapan yang yang berada dalam kesadaran kita disebut tanggapan aktuil.

  1. Fantasi

Fantasi sering disamakan dengan khayal. Akan tetapi dalam psikologi istilah fantasi diartikan lebih luas dari pada khayal. Fantasi adalah suatu daya jiwa untuk menciptakan tanggapan-tanggapan baru yang sudah ada pada diri kita.

  1. Ingatan

Ingatan ialah kjekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Jadi, ada tiga unsur dalam perbuatan ingatan, ialah: menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan.

Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia ini berada ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun tidak berarti bahwa semua yang dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya di dalam ingatannya, karena ingatan merupakan kemampuan yang terbatas.

  1. Berpikir

Berpikir adalah aktivitas jiwa yang mempunyai kecenderungan final (final tendency) yaitu pemecahan persoalan yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam kegiatan berpikir kita menggunakan pengalaman-pengalaman yang telah ada pada diri kita.

Berpikir merupakan suatu fakta psikis yang bersifat dinamis, dimana individu itu sendiri yang merupakan penggerak prosesnya .

  1. perasaan

Perasaan sebagai fungsi jiwa mempunyai arti memulai terhadap sesuatu. Situasi-situasi menyenangkan kita nilai secara positif,sedangkan situasi-situasi yang tidak menyenangkan kita nilai secara negatif. Perasaan sebagai keadaan-keadaan sesat pada individu yang muncul ketika terpadu secara pribadi dengan situasi yang ditempatinya jadi tersimpul dalam rumusan ini adanya suatu kesediaan kontak.

  1. Motif

Motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam diri manusia, motif dapat berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu hasrat/keinginan yang merupakan daya penggerak dari dalam diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan. William James menjadi dosen filsafat di Universitas Harvard selama
kurang lebih 31 tahun dan meninggal dunia tahun 1910, setelah
filsafat Pragmatismenya tersebar luas di Amerika dan Eropa. Buku-
bukunya yang diterbitkan setelah ia meninggal adalah: Some Problems
in Philoshophy (1911) dan Essays in Radical Empirism (1912).

Pengaruh William James terhadap tokoh-tokoh seperti Niels Bohr dan
Bertrand Russel begitu besar, terutama pada ajarannya yang menyangkut
dinamisme alam. Tidak hanya berkat tulisan-tulisannya, namun juga
cara hidupnya, filsafat pragmatisme menjadi populer. Tanpa
pragmatisme, melalui tokoh seperti James, dan berikutnya Pierce serta
Dewey, maka seluruh kehidupan intelektual pada abad XX, khususnya di
Amerika akan sukar dibayangkan.

b) John Dewey
alam Tulisan ini mencoba untuk mengidentifikasi secara lebih jauh pemikiran John Dewey tentang pendidikan. Apa yang kita pahami, pemikiran pendidikan Dewey seiring dengan konsepsi filsafat eksperimentalisme yang dibangunnya melalui konsep dasar penmgalaman, pertumbuhan, eksperimen dan transaksi. Secara demikian Dewey juga melihat teori filsafatnya sebagai suatu teori umum tentang pendidikan dan melihat pendidikan sebagai laboran yang di dalamnya perbedaan-perbedaan filosofis menjadi konkrit dan harus diuji serta karena pendidikan dan filsafat saling membutuhkan. Terdapat dua kontribusi penting dari konsep pendidikan Dewey yakni, konsepsi baru tentang pendidikan sosial dan kesosialan pendidikan, serta memberikan bentuk dan substansi baru terhadap konsep pendidikan yang berfokust pada anak. (Pendidikan, John Dewey, eksperimentalisme).
Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan pada dirinya sendiri bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memang memiliki daya dorong pada perubahan, bisa melahirkan orang-orang kritis dan kreatif. Akan Tetapi di sisi lain, ia pun memiliki fungsi untuk memperkuat dan melestarikan fungsi masyarakat yang timpang. Di poin inilah kemudian terjadi tarik menarik antara kekuatan yang mendorong pada perubahan dengan kekuatan yang mempertahankan status quo untuk tetap eksis. Manakah dari dua hal ini yang akan lebih kuat pengaruhnya?

Ada banyak tafsiran yang kadang-kadang kita temukan berbeda, kalau kita pahami itu sebagai entitas dari fenomena sosial, hal ini akan banyak bergantung pada sistem ekonomi dan politik yang mengelilingi pendidikan itu. Bila sistem ekonomi dan politik menunjukkan adanya ketimpangan maka fungsi pendidikan cenderung akan melestarikan ketimpangan itu sendiri, karena kebijakan dan praktek pendidikan akan banyak diisi dan dikendalikan oleh kepentingan-kepentingan kelompok dominan yang menduduki posisi ekonomi dan politik di lapisan atas. Atau, kalaupun dari sistem pendidikan itu dapat muncul orang-orang yang kritis, daya kritisnya untuk melakukan perubahan akan mandul,kadang-kadang membutuhkanwaktu cukup lama.

Realitas ini, menjadi perlu untuk selalu di diskusikan sesering mungkin untuk mencari alternatif tentang konsep pendidikan dari para pemikir yang sekiranya cocok untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait dengan pemikiran ini. Salah satu konsep dan pemikiran yang dirasa cocok dengan hal tersebut dan akan dibahas di sini adalah konsep pendidikan menurut John Dewey. Secara umum, deskripsi-deskripsi Dewey tentang peserta didik sebagai pengukur aktif tujuan-tujuan mereka sendiri telah dapat diterima secara luas. Apalagi, penolakan Dewey terhadap keabsolutan dan pertanyaan tentang kepastian dalam epistemologi menduduki posisi yang dominan dalam pemikiran masa kini. Keteguhannya tentang partisipasi peserta didik sebagai bentuk demokrasi sesuai dengan usianya sangat sejalan dengan semangat perubahan dan akan melahirkan orang-orang yang kritis dan kreatif. Pemikiran yang kritis dalam membaca suatu realitas akan melahirkan teori baru. Dengan banyaknya kasus di wilayah pendidikan saat ini setelah pemerintahan Orde Baru, maka pemnulis mencoba untuk mencari formulasi konsep dalam Perspektif Filosofis.
Apa yang saya lakukan, bukan untuk mencari jalan tengah dari perbedaan pendapat tentang pemikiran John Dewey akan tetapi Artikel ini akan mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan dalam tulisan kali ini yakni, sebagai seorang filsuf, bagaimana konsep tentang pendidikan menurut John Dewey dan sumbangan apa yang bisa diberikan oleh konsep tersebut terhadap pendidikan, khususnya dalam upaya melahirkan orang-orang yang memiliki daya kritis dan inofatif terhadap perubahan.Tidak banyak yang kita rumuskan tetapi dalam tulisan ini bertujuan untuk memahami secara komprehensif pemikiran John Dewey tentang pendidikan. Selain itu ingin dipahami juga kontribusi yang bisa diberikan Dewey terhadap dunia pendidikan dan seberapa pentingnya tulisan ini membantu kita untuk menganalisa lebih jauh secara filosofis dengan pemikiran-pemikiran yang berkembang.Mekipun artikel yang menulis tentang Dewey sudah banyak tetapi Secara umum terdapat banyak penelitian tentang John Dewey masih sebatas melihat pada sisi filsafat saja. Hasil penelitian Brumbaugh dan Lawrence (1963) menyebutkan bahwa Dewey hampir-hampir tidak membedakan pemikiran filsafatnya dengan teori pendidikannya. Konsep Dewey tentang pendidikan diwarnai oleh pemikiran tentang pendidikan yang progresif, dimana pertumbuhan, perkembangan, evolusi, kemajuan, dan perbaikan merupakan elemen-elemen untuk menjadikan pendidikan yang progresif. Pemikiran inilah yang membawanya menjadi salah satu konseptor tentang pedidikan kontemporer, dimana dalam konsep ini pula gagasan filosofi Dewey nampak dan disebutnya sebagai the experimental continum, atau penyelidikan yang berkelanjutan. Dalam konsep tersebut terlihat adanya hubungan antara pengetahuan dan kesadaran, yang dalam lingkup pendidikan digambarkan sebagai proses sosial. Brumbaugh dan Lawrence (1963) juga mengemukakan tentang teori umum pendidikan dari pemikiran Dewey, yang disebutkan bahwa pendidikan sebagai suatu proses pembentukan fundamental atas disposisi intelektual dan emosional seseorang.Sisi lain dari hasil penelitiannya pemikir lain yang bernama Whitehead juga menyatakan setuju dengan beberapa pemikiran Dewey tentang pendidikan. Whitehead menekankan bahwa pengetahuan datang dari konflik atau gesekan antar manusia yang terpecahkan. Dalam hal ini manusia belajar tatkala terjadi persoalan-persoalan yang memerlukan pemecahan. Menurut Whitehead, Dewey yang memperoleh inspirasi dari Aristotle bahwa bentuk yang kompleks muncul dari sesuatu yang kecil dan individual yang alami. Menurutnya naturalisasi pendidikan Dewey adalah bentuk pendidikan untuk masyarakat, dimana baik Dewey maupun Rousseau menginginkan manusia hidup sesuai dengan kodrat, tetapi kodrat disini didalamnya termasuk dan melibatkan masyarakat yang kompleks, yang cenderung pada adanya kompleksitas lebih dari sekedar sesuatu yang bersifat sederhana. Lebih lanjut Whitehead berpendapat bahwa naturalisasi Dewey bersifat evolusioner dan pragmatis, yang didalamnya terkandung gagasan evolusi, pertumbuhan, dan perkembangan manusia.Satu hal lain, Noddings (1997) lebih tegas dalam membedah pemikiran Dewey pada beberapa hal. Pertama, ia mengelompokkan pemikiran Dewey sebagai filsuf naturalistik yang menjelaskan segala sesuatu dari fenomena alam dari obyek-obyek dan kejaduan-kejadian yang dapat diterima oleh perasaan manusia, dan menolak hal-hal yang berkaitan dengan sumber-sumber supranatural, bahkan menolak definisi Tuhan dalam gagasan-gagasan, rencana, dan tindakan manusia. Dewey sangat percaya pada metode-metode ilmu pengetahuan dan mendesak penggunaannya dalam setiap bagian dari aktivitas manusia.Kedua, Noddings (1998) juga berpendapat bahwa Dewey sering mengemukakan dua hal yang ekstrim, sebagaimana disebutkan dalam bukunya yang berjudul experience and education. Dalam buku ini ia menyebutkan dua hal yang berlawanan. Di satu pihak Dewey mempertentangkan antara pendidikan lama dan baru, tetapi di sisi yang lain ia tidak secara khusus mengemukakan yang baru tersebut.

c) L. Thorndike
Edward L. Thorndike dilahirkan di Williamsburg, Massachusetts tahun 1874. Universitas Wesleyen dan Universitas Harvad merupakan dua perguruan tinggi yang banyak mewarnai ide-ide psikologi Thorndike. Dalam setiap eksperimennya, Thorndike mempergunakan hewan-hewan —terutama kucing— untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing lapar dalam sangkar kotak jeruji dengan peralatan lengkap eksperimen yang disebut instrumental conditioning (yang berarti tingkah laku yang dipelajari) berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki (Hintzman, 1978).

a. Teori Koneksionisme Thorndike

Hasil Eksperimen Thorndike dikenal sebagai teori belajar koneksionisme (Muhibbin Syah, 2000 : 105). Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus (yaitu yang berupa rangsangan seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera), dengan respon (yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan). Oleh karena itu, teori ini juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R Psychology of Learning”. Menurut teori ini, perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar dapat berujud kongkrit yaitu dapat diamati. Thorndike juga merumuskan beberapa hukum dalam belajar yaitu : pertama, motivasi (misalnya rasa lapar, rasa ingin dihargai, ingin pandai) merupakan hal yang sangat vital dalam belajar. Kedua, low of effect; artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan maka hubungan antara stimulus dan respons semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan (menganggu) efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respons tersebut.
Selain itu, Thorndike juga membuat hukum belajar lainnya yaitu law of readiness (hukum kesiap-siagaan) dan law of exercise (hukum latihan). Low of readiness pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan perantara (conduction units). Unit-unit ini menimbulkan kecenderungan mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Hukum ini menurut Reber (1988) hanya bersifat spekulatif dan historis. Law of exercise merupakan generalisasi atas law of use dan law of disue. Maksudnya jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau digunakan maka eksistensi prilaku tersebut akan semakin kuat (law of use). Sebaliknya, jika prilaku tadi tidak sering dilatih atau digunakan maka akan terlupakan atau sekurang-kurangnya menurun (law of disuse).

b. Aplikasi Teori Thorndike dalam dunia pendidikan dan pengajaran
Menurut Thorndike praktek pendidikan harus dipelajari secara ilmiah dan praktek pendidikan harus dihubungkan dengan proses belajar. Mengajar bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan. Mengajar yang baik adalah : tahu tujuan pendidikan, tahu apa yang hendak diajarkan artinya tahu materi apa yang harus diberikan, respons yang akan diharapkan dan tahu kapan “hadiah” selayaknya diberikan kepada peserta didik. Ada beberap aturan yang dibuat Thorndike berhubungan dengan pengajaran :

*
Perhatikan situasi peserta didik
*
Perhatikan respons yang diharapkan dari situasi tersebut
*
Ciptakan hubungan respons tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi dengan sendirinya
*
Situasi-situasi yang sama jangan diindahkan sekiranya memutuskan hubungan tersebut.
*
Buat hubungan sedemikian rupa sehingga menghasilkan perbuatan nyata dari peserta didik
*
Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan-hubungan lain yang sejenis.
*
Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan di sekolah menurut Thorndike yaitu :

1.
Sesuaikan dengan teorinya, dan sekolah harus mempunyai tujuan yang jelas.
2.
Tujuan pendidikan harus sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pengajaran harus dibagi menurut unit-unit, sehingga guru bisa memanipulasi bermacam-macam situasi misalnya situasi menyenangkan, tidak menyenangkan dan sebagainya
3.
Proses belajar harus bertahap, dimulai dari yang sederhana hingga yang kompleks
4.
Motivasi tidak perlu ditimbulkan kecuali dalam hubungan menentukan “apa yang menyenangkan bagi siswa“, oleh karena tingkah laku ditentukan oleh “eksternal reward” dan bukan oleh “intrinsic motivation”.
5.
Tekanan pendidikan adalah perhatian pada pelaksanaan respons yang benar terhadap stimulus
6.
Respons yang salah harus segera diperbaiki agar tidak diulang kembali, ujian harus dilaksanakan secara teratur dan merupakan umpan balik bagi guru apakah proses belajar telah sesuai dengan tujuan.
7.
Memberi masalah yang sulit kepada siswa tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
8.
Bila siswa belajar secara baik, segera diberi hadiah (bisa berupa pujian, nilai bagus atau hadiah berupa barang), tetapi bila siswa berbuat salah harus segera ditegur atau diperbaiki agar tidak diulangi kembali.
9.
Pendidikan yang baik adalah pelajaran yang didapat di sekolah oleh peserta didik dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau “pelajaran berbasis kenyataan”

.JELASKAN MENGAPA Psikologi Pendidikan menjadi sangat penting untuk difahami dan diterapkan oleh Guru, saat memfasilitasi proses pembelajarannya?.

Karena apabila seorang guru memahami dan menerapkan Psikologi Pendidikan saat memfasilitasi proses pembelajarannya, maka seorang guru akan mengerti perkembangan anak didiknya sehingga pelajaran yang telah dia sampaikan akan mudah ditanggap oleh anak didiknya. Selain itu, seorang guru harus mengetahui bagaimana perkembangan anak didiknya, karena setiap anak didik mengalami perkembangan yang berbeda, adanya cepat dan ada yang lambat. Berhasil tidaknya seorang guru mengajar dapat dilihat dari kemampuan anak didiknya. Jadi, seorang guru harus memahami dan menerapkan psikologi pendidikan dalam proses pembelajarannya.







Kamis, 27 Maret 2008

Kretifitas

Berbicara tentang kretifitas, mau tidak mau kita juga harus berbicara tentang kemampuan. Setiap orang mempunyai kreatifitas yang berbeda. Ada yang kreatif merangkai bunga dan kreatif menggambar.

Pada saat Tsanawiyah aku sangat senang membuat kerajinan dari sedotan misalnya membuat bunga dan bingkai foto dari sedotan. Selain dari sedotan, aku juga senang membuat bunga dari kertas kref.

Aku senang sekali mengarang. Kadang membuat puisi, cerpen dan sekarang \sedang belajar membuat novel di FLP (Forum Lingkar Pena) Ciputat. Saat sekolah di Aliyah terkadang aku sering mengikuti berbagai lomba diantaranya lomba cerdas cermat dan karya tulis ilmiah. Alhamdulillah setiap mengikuti lomba aku selalu menang.

Karena aku senang mengarang dan hobi membaca buku, saat Aliyah aku mendapat kepercayaan menjadi anggota Osis yang menjabat sebagai ketua departemen perpustakaan. Departemen perpustakaan selain mengatur dan mengelola perpuistakaan yang berhubungan dengan buku, tetapi juga bertugas mengurusi majalah dinding. Nah, dengan mengurusi mading aku jadi tambah senang dengan mengarang.

Sekarang aku berada di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, dengan masuk jurusan hasa Indonesia aku dapat belajar tentang dunia tulis menulis dan sastra. dan itu membuat aku tambah senang untuk mengarang.

Senin, 17 Maret 2008

PERKEMBANGAN REMAJA

Selasa, 2008 Maret 11

Memahami Perkembangan Kita

Orang bilang, masa remaja itu masa yang paling indah, ekspresif, produktif. Tapi, kita juga dibilang sok tau, seenaknya, dan kurang bisa menghormati orang dewasa. Jadi, kita sebenarnya gimana, sih?

Ada berbagai aspek perkembangan yang kita alami, antara lain berkaitan dengan aspek sosial, emosional, konsep diri, heteroseksual dan kognitif. Yuk kita bahas satu-satu.

<>

Perkembangan sosial

Semula kita memang bertingkah laku sebagai anak-anak, ketika kita dalam tahap usia anak-anak, kemudian menjadi remaja lalu serta-merta orang dewasa memosisikan kita bisa berperilaku dewasa, menyesuaikan diri dengan peran-peran dewasa dan melepaskan diri dari peran-peran sebagai anak-anak. Di sinilah titik pangkal yang menyebabkan kita berada dalam kondisi yang sulit. Maka, timbullah kebutuhan kita, misalnya akan identitas diri, individualitas bahkan kebutuhan akan kemandirian. Nah, ketika kebutuhan tersebut muncul dan orang dewasa tidak memahaminya, lagi-lagi inilah yang sering menjadi sumber permasalahan kita dengan orang dewasa atau lingkungan kita.

Kita mungkin pernah mengalami kebingungan ketika menghadapi benturan nilai teman-teman dengan ortu. Rasanya sudah enggak sabar ingin lepas dari pengaruh ortu, berusaha mandiri, dan punya keputusan sendiri. Misalnya memutuskan untuk tampil cool dengan ikutan merokok bareng teman-teman lain. Padahal, merokok amat sangat dilarang oleh ortu.

Benturan nilai ini akan sering kita hadapi. Pada contoh yang lebih ringan adalah pemberlakuan jam malam. Kita mungkin harus sudah sampai rumah paling telat pukul sepuluh. Jadi, selamat tinggal party-party yang baru mulai pukul sepuluh malam. Sementara itu, banyak teman yang orangtuanya membolehkan mereka ikutan party sampai tamat.

"Perang dunia" menahun bakal terjadi, dan bukan enggak mungkin bakal kronis, jika kita bukan tipe anak yang punya hubungan hangat dengan orangtua. Hubungan itu malah akan membangun semangat saling mau mengerti antara kita dan ortu. Iyalah, ortu mana sih yang rela melepas anaknya pulang malam untuk datang ke acara (yang menurut mereka) enggak juntrung? Sebaliknya, anak mana sih yang enggak ngomel berat dilarang datang ke party paling cool sedunia sama ortunya?

Hubungan yang hangat dalam keluarga membuat kita mau menerangkan perasaan kita. Dan, ortu pun akan rela hati mendengarkan kita, juga mau menjelaskan alasan pelarangan itu dalam bahasa yang nyantai. Seringnya membuat kesepakatan antara kita dengan ortu, akan sangat membantu perkembangan diri kita. Termasuk perkembangan kehidupan sosial kita

Perkembangan emosi

Bentuk atau jenis emosi pada manusia itu ternyata banyak, misalnya; takut, khawatir, cemas, marah, sebal, frustrasi, cemburu, iri hati, ingin tahu, sayang, cinta benci dukacita, bahagia, dan masih banyak lagi. Lalu apa hubungannya dengan kita? Ternyata jenis atau bentuk emosi yang disebut tadi memiliki ciri-ciri perkembangan yang berbeda-beda dalam setiap tahapan perkembangan manusia. Dalam tahap remaja seperti kita sekarang ini ciri-ciri perkembangan emosi kita sebagai berikut:

• Lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan dengan meledak-ledak.

• Kondisi emosional yang muncul tadi berlangsung lama, sampai akhirnya kembali dalam keadaan semula.

• Emosi yang muncul sudah bervariasi, bahkan kadang bercampur-baur antara dua emosi yang (sebenarnya) bertentangan. Misalnya, benci dan sayang dalam satu waktu.

• Mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cemburu, dan sebagainya).

• Mudah tersinggung dan merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari perkembangan konsep diri kita.

Lalu bagaimana sebaiknya kita menghadapinya? Agar semuanya terjadi secara wajar, kita perlu upaya pengendalian emosi ataupun juga menghindari beban emosi. Caranya:

• Kita harus belajar menghadapi segala situasi itu dengan sikap yang rasional.

• Kita juga harus menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat membangkitkan emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin marah atau sedih, jangan kebawa emosi dulu.

• Memberikan respons terhadap situasi dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebih-lebihan, proporsional sesuai dengan keadaannya, dengan cara yang bisa diterima lingkungan sosial kita.

• Mengemukakan emosi positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif (sebal, sedih, marah) secara benar dan proporsional.

Perkembangan konsep diri

Konsep diri ini berkenan dengan perasaan dan pemikiran kita mengenai diri kita sendiri, karena atas penilaian sendiri maupun penilaian dari lingkungan sosial kita. Misalnya kalau kita enggak puas terhadap kondisi fisik, maka konsep diri menjadi buruk. Hal ini membuat kita merasa rendah diri. Begitu pula sebaliknya, konsep diri positif bila kita menilai fisik kita menarik dan sesuai dengan yang diinginkan. Kalau kita dinilai oleh orang lain, misalnya sebagai remaja yang bisa gaul, pandai dan hal-hal yang positif lainnya, maka semangat positif itu dapat meningkatkan konsep diri dan ke-PD-an kita.

Salah satu ciri dari perkembangan konsep diri kita sebagai remaja ialah cenderung negatif antara lain karena berkembangnya fisik yang cukup drastis, kadang juga kurang proporsional (badan memanjang tapi kurus, bulat gemuk, dan sebagainya), merasa selalu diperhatikan orang lain atau menjadi pusat perhatian orang lain, memiliki aspirasi yang tinggi tentang segala hal.

Perkembangan kognitif

Dalam perkembangan ini perilaku yang muncul, misalnya kritis (segala sesuatu harus rasional dan jelas), rasa ingin tahu yang kuat (perkembangan intelektual kita merangsang untuk harus mengetahui segala sesuatu, dalam tahap ini muncul keinginan untuk bereksplorasi) dan egosentris (segala sesuatu masih dilihat dari sudut pandangannya).

Jadi, enggak usah terkaget-kaget dengan komentar orang dewasa terhadap diri kita, ya. Malah kalau perlu, beri mereka penjelasan bahwa beginilah perkembangan remaja. Bisa jadi, kita bakal terlihat lebih dewasa dibanding para orang dewasa itu.

Good luck!

YAHYA MA’SHUM DAN CHATARINA WAHYURINI (sumber: Modul PKBI)

PERKEMBANGAN REMAJA

Masa remaja adalah usia bermasalah. Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh para remaja.hal ini disebabkan karena para remaja merasa dirinya mandiri, sehingga apabila terjadi suatu permasalahan, para remaja selalu ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Padahal remaja kurang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya menurut apa yang mereka yakini.

Setiap remaja pasti mengalami berbagai masalah, diantaranya yang berhubungan dengan orang tua bahkan dengan dirinya sendiri. Ketegangan-ketegangan yang terjadi dengan orang tua menjadi suatu permasalahan yang sering terjadi, karena perbadaan persepsi antara orang tua dan anak.

Layaknya sebagai seorang remaja dalam berbagai hal seorang remaja yang emosi dan keegoisannya tinggi, aku sering menghadapi ketegangan dengan orang tuaku dalam berbagai hal yang lebih menonjol adalah masalah dalam mencari teman untuk bergaul. Pacaran adalah permasalahan yang sering dibahas oleh kedua orang tuaku. mereka berdua selalu menaruh rasa curiga kepadaku, karena mereka tidak menginginkan pelajaranku terbengkalai hanya karena mempunyai hubungan spesial dengan lawan jenis.

Tidak hanya dalam masalah bergaul, aku merasa jauh dari orang tua. Ketika aku duduk di bangku Mts (Madrasah Tsanawiyah) aku lebih dekat dengan ayah daripada ibu, namun keadaan berubah total ketika aku menginjak bangku MA (Madrasah Aliyah) aku lebih dekat dengan ibuku tercinta.

Sebagai seorang bendahara di rumah tangga, ibuku selalu mengatur keuangan keluarga. Ibuku juga selalu mengingatkan diriku agar hidup hemat dan meninggalkan sifat boros. Namun, sebagai seorang remaja putri pasti ingin selalu mengikuti trend masa kini. Mulai dari model pakaian, rambut, tas, aksesoris dan lain-lain. Untuk mendapatkan tsemua itu membutuhkan biaya yang cukup banyak. Aku selalu meminta uang kepada ibuku untuk membeli apa yang aku inginkan.lagi-lagi karena masalah uang, sering terjadi pertentangan.

Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya berakhlak mulia dan berbakti kepada orang tua. Salah satu cara yang ditmpuh oleh kedua orang tuaku yaitu dengan menyekolahkan aku di pondok pesantren. Kehidupan di pindok pesantren mamang lebih menjamin dari pada kehidupan di luar. Segala perilaku, pergaulan sangat terkontrol. Pondok pesantren sangat menjaga pergaulan dengan lawan jenis. Seluruh murid di sekolahku hanya khusus untuk perempuan, begitu juga dengan tenaga pengajarnya mayoritas perempuan, kalaupun ada guru laki-laki hanya beberapa orng saja, itupun telah berkeluarga dan rata-rata telah menginjak usia 35 tahun.

Masa pubertas adalah dimana seorang anak mengalami perubahan-perubahan dalam diri para remaja. Mulai dari perubahan tubuh, hormon, serta keinginan bersama dengan lawan jenis. Banyak dari para remaja yang tidak dapat mengontrol diri terhadap kecintaan dengan lawan jenis. Sehingga banyak di antara teman-temanku yang mendapat hukuman karena berhubungan dengan lawan jenis apalagi dengan anak pesantren putra. Untungnya aku dapat menjga diriku dari hal demikian karena aku takut dapat hukuman. Apabila seorang santri mendapatkan hukuman maka di mata para guru santri tersebut dipandang tidak memiliki akhlak yang baik karena telah melanggar peraturan yang berlaku. Para guru pasti akan mengetahui kalau ada yang mendapatkan hukuman karena ketika sekolah, santri yang mendapatkan hukuman mengenakan seragam sekolah yang berbeda dengan santrin yang lainnya yaitu dengan mengenakan jilbab berwarna merah.

Aku jadi teringat ketika semasa Mts, ketika itu aku di interogasi oleh ayahku karena ayahku mendengar kabar bahwa ada salah satu murid ayahku yang suka dengan diriku. Aku hanya terdiam tidak berani membantah perkataaan ayahku untuk membela diri. Sejak saat itu aku tidak berani untuk mempunyai teman spesial karena takut dimarahi lagi oleh ayahku. Akan tetapi sekarang ayahku mulai mengerti diriku sebagai seorang remaja.

Selain permasalahan dengan orang tua, para remaja juga mengalami krisis percaya diri. Banyak para remaja sekarang mengalami demam idola terutama mengidolakan para selebritis yang perilakunya sebenarnya tidak patut ditiru. Segala sesuatu yang berhubungan dengan sang idola pasti selalu dicontoh, mulai dari cara berpakaian, gaya rambut bahkan rela mengorbankan nyawanya hanya untuk melihat sang idola yang sedang mengadakan jumpa fans.

Perilaku di atas hanya beberapa contoh dari ketidak percayaan diri seorang remaja. Aku sendiri juga sering mengalami krisis kepercayaan diri. Sering mengidolakan seseorang dan sering memberikan sanjungan kepada orang yang aku anggap THE BEST. Kadang kala aku sering kali ingin bersikap seperti orang yang aku idolakan hingga harus membunuh karakter diriku sendiri.

Ketika kelas VII aku belum begitu mengalami krisis kepercayaan diri. Aku merasa enjoy dengan segala perbutan dan penampilanku tanpa menghiraukan orang lain suka atau tidak melihat dengan perbuatan dan penampilanku.namun ketika menginjak kelas VIII aku mulai mengidolakan seseorang dan itu memang membuat perubahan dalam segala hal hingga prestasiku di sekolah meningkat.

Dampak positif yang dapat aku ambil dari mengidolakan seseorang juga dibarengi dengan dampak negataif yang membuat aku tidak percaya dengan kemampuan yang aku miliki karena aku menjadikan dia sebagai kiblat. Segala apa yang dia perbuat selalu aku tiru.

Setelah mempelajari perkembangan remaja, sekarang aku baru mengetahui kenapa ketika di pondok pesantren banyak dari temanku yang tidak merasa percaya diri saat berjalan sendiri tanpa didampingi dengan yang lain. Memang begitu kiranya permasalahan yang dihadapi oleh seseorang pada saat fase perkembangan remaja.